Diposting oleh the naza | 23.07

CERPEN KENTANG

Pada suatu hari di salah satu TK (taman kanak-kanak), guru TK tersebut mengadakan "permainan" menyuruh anak muridnya membawa kantong plastik transparan 1 buah dan kentang. Masing-masing kentang tersebut di beri nama berdasarkan nama orang yang di benci, sehingga jumlah kentangnya tidak di tentukan berapa...tergantung jumlah orang2 yg dibenci.

Pada hari yang disepakati masing2 murid membawa kentang dalam kantong plastik.Ada yang berjumlah 2, ada yang 3 bahkan ada yang 5. Seperti perintah guru mereka tiap2 kentang di beri nama sesuai nama orang yang dibenci. Murid2 harus membawa kantong plastik berisi kentang tersebut kemana saja mereka pergi bahkan ke toilet sekalipun selama 1 mingggu. Hari berganti hari kentang2 pun mulai membusuk, murid2 mulai mengeluh, apalagi yang membawa 5 buah kentang, selain berat baunya juga tidak sedap.

Setelah 1 minggu murid2 TK tersebut merasa lega karena penderitaan mereka kan segera berakhir. Guru:"Bagaimana rasanya membawa kentang selama 1 minggu?" Keluarlah keluhan dari murid2 TK tersebut, pada umumnya mereka tidak merasa nyaman harus membawa kentang2 busuk tersebut kemanapun mereka pergi. Guru pun menjelaskan apa arti dari "permainan" yang mereka lakukan.Guru:" Seperti itulah kebencian yang selalu kita bawa-bawa apabila kita tidak bias memaafkan orang lain."

Sungguh sangat tidak menyenangkan membawa kentang busuk kemanapun kita pergi. Itu hanya 1 minggu bagaimana jika kita membawa kebencian itu seumur hidup? Sangat luar biasa. Karena sebagian besar orang yang saya kenal, termasuk saya, tentu, menganggap bahwa ketika seseorang menyakiti hati kita maka kita ‘wajib’ membencinya. Bahkan ada beberapa orang, tidak termasuk saya, ‘mewajibkan’ diri untuk ‘membunuh orang yang dia benci dalam hatinya’.

Bayangkan saja tindakan itu. Bagaimana kalau kebencian itu terlalu besar, terlalu dalam sehingga tindakan yang terjadi bukan hanya ‘membunuh’ dalam hati tetapi juga melakukan tindakan yang merugikan orang atau orang-orang yang dia benci. Coba Anda fikir bahwa ada 6 milyar orang di seluruh dunia dan paling tidak ada lebih dari 100 orang di sekitar Anda, keluarga, kerabat dan tetangga serta teman. Setiap orang yang 100 itu punya kepentingan yang, mungkin, berbeda. Kepentingan yang berbeda cuma butuh cara yang tepat dalam menyampaikan agar tercipta sebuah konflik. Lalu ketika konflik sudah tercipta, maka akan timbullah kebencian. Itulah ranjau komunikasi yang paling berbahaya. Karena ketika timbul kebencian dari sebuah komunikasi yang tidak tepat akibat dari perbedaan kepentingan.

Ketika kebencian sudah muncul, maka ada kemungkinan akan timbul pula tindakan. Mengapa tindakan perlu? Si pembenci merasa disakiti atau dirugikan oleh orang yang dia benci. Karena kebencian itu berhubungan dengan ‘sakit’ atau ‘rugi’ maka perlu pembalasan. Pembalasan dengan membuat ‘sakit’ atau ‘rugi’. Orang-orang itu menganggap bahwa dengan membalas ‘sakit’ atau ‘rugi’ tersebut maka ‘sakit’ atau ‘rugi’ yang dia derita hasil dari tindakan orang yang dia benci dapat ‘tersembuhkan’ atau hilang.

Apa benar begitu? Rasanya tidak demikian. Karena dengan membalas ‘sakit’ dan ‘rugi’ maka kemungkinan akan ada dua rugi baru yang akan kita derita.

Pertama, rugi karena kita membebani fikiran kita untuk mencari cara yang sangat tepat untuk membuat ‘sakit’ atau ‘rugi’ dengan kualitas yang sama dengan yang kita derita. Itu berarti kita kehilangan sebagian waktu kita yang berharga untuk berkarya. Itu rugi yang paling utama dan paling besar.

Ke dua, ketika ‘sakit’ atau ‘rugi’ yang telah kita ciptakan untuk orang yang kita benci ternyata berhasil dia elakkan dan dia tidak menderita, itu berarti kebencian kita akan semakin besar dan rugi pertama tadi jadi makin besar pula. Jadi?

Diposting oleh the naza | 23.02

Puisi Kentang

selalu sekantung kentang
oleh olehku untukmu

bau sawah,
gemerisik air,
kepak burung,
keretak ranting
berderai derai sambut kedatanganku

tumpah ruah segala kisah
kusampaikan dalam monolog bisu
tanpa air mata
hanya hening di hela nafas
sampai puas melihat kebun kentang

lingkaran awan pelangi
berjaga persis di atas kepala
ketika kutinggalkan kebunku
meninggalkan rindu dan kentang-kentang di kebunku

Diposting oleh the naza | 22.54

Artikel

Kentang para petani Irlandia
Di jaman dulu, para imigran Irlandia di Amerika mengembangkan teori cara paling efektif menanam dan memanen kentang. Ketika musim panen tiba, kentang-kentang besar disisihkan untuk dimakan atau dijual, sementara kentang-kentang kecil yang lebih kecil ditanam kembali untuk musim panen berikutnya. Dengan demikian bisa dipastikan mereka akan mendapatkan bagian terbaik terlebih dahulu. Setidaknya itu yang mereka harapkan.

Betul demikian?

Ternyata pada panen berikutnya, ukuran kentang yang dipanen menjadi lebih kecil. Apa yang mereka tanam (kentang yang lebih kecil), itulah yang mereka dapatkan (kentang yang lebih kecil juga). Tetapi praktek tersebut terus dilanjutkan sehingga akhirnya mereka memanen kentang seukuran kelereng. Barulah mereka menghentikan praktek tersebut.

Para petani Irlandia tersebut sudah kapok. Tetapi praktek sejenis masih berlangsung sampai saat ini, termasuk di Indonesia, walau bukan dalam bentuk kentang yang ditanam. Coba tanyakan diri kita masing-masing: Apa yang kita tanam saat ini? Bakat kita? Reputasi kita? Disiplin diri? Kerja keras? Waktu yang dihabiskan untuk keluarga Anda?

Apa pun yang kita tanam saat ini, hasilnya akan selalu sebanding. Bila Anda menginginkan hasil yang besar, tanamlah bibit yang besar terlebih dahulu.